US Market:
DJIA: 25,379.45 (-1.27%)
S&P500: 2,768.78 (-1.44%)
Bursa saham AS ditutup melemah pada perdagangan kemarin, setelah Komisi Eropa mengeluarkan peringatan mengenai anggaran Italia dan tegangnya hubungan AS dan Arab Saudi yang semakin mengurangi minat investor terhadap aset berisiko. Imbal hasil obligasi Italia melonjak ke level tertinggi sejak Feb 2014, setelah Komisi Eropa menganggap rancangan anggaran 2019 negara itu melanggar aturan Uni Eropa. Bursa semakin tertekan, setelah Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin menarik diri dari konferensi investor di Arab Saudi, sementara Gedung Putih menunggu hasil investigasi terhadap hilangnya wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi. Kondisi ini memicu kekhawatiran investor jika Arab Saudi kelak diberi sanksi, maka dapat membatasi pasokan minyak dan mendorong kenaikan harga energi. Di sisi pergerakan saham individual, saham Textron dan United Rentals masing-masing turun -11.3% dan -15.0%. Sementara itu, saham Sealed Air Corp turun -8.3%, setelah perusahaan memangkas prospek laba setahun penuh karena bahan baku dan biaya pengapalan yang lebih tinggi.
European Market:
Dax: 11,589.21 (-1.07%)
EuroStoxx 600: 361.67 (-0.51%)
FTSE 100: 7,026.99 (-0.39%)
Bursa saham Eropa ditutup melemah pada akhir perdagangan kemarin, dipengaruhi oleh buntunya negosiasi Brexit pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Brussels dan antisipasi investor menjelang respon resmi Uni Eropa terhadap proposal anggaran pemerintah Italia. Para pejabat Uni Eropa merasa frustrasi, setelah Inggris gagal memberikan proposal baru terkait isu perbatasan Irlandia. Sementara itu, pemerintah Italia mempertahankan target defisit anggaran sebesar 2.4% terhadap PDB dalam proposal yang diajukan ke Uni Eropa. Di sisi pergerakan saham individual, saham HeidelbergCement turun -8.72%, setelah produsen semen terbesar dunia tersebut mengeluarkan profit warning. Sedangkan saham Carrefour berhasil menguat +8.89%, setelah supermarket asal Perancis tersebut mencatatkan penjualan yang tinggi pada kuartal ketiga, didorong oleh kinerja positif dari pasar utama di Perancis dan Brazil.
Asian Market:
Nikkei: 22,658.16 (-0.80%)
SHComp: 2,486.42 (-2.94%)
Bursa saham Asia ditutup melemah pada akhir perdagangan kemarin, setelah rilisnya FOMC meeting minutes yang mengindikasikan potensi kenaikan suku bunga yang lebih agresif. Bursa saham China memimpin pelemahan di kawasan Asia, dimana indeks Shanghai Composite dan Shenzhen Composite masing-masing terkoreksi -2.94% dan -2.73% ke titik terlemah dalam 4 tahun terakhir. Penurunan harga minyak global turut memicu pelemahan saham-saham minyak dan energi di kawasan Asia, seperti PetroChina (-7.92%), CNOOC (-2.01%), dan Sinopec (-4.27%). Di sisi lain, ekspor Jepang di bulan Sep turun -1.2% YoY, lebih buruk dibanding angka ekspektasi +1.9% YoY maupun periode sebelumnya di +6.6% YoY. Penurunan ini sekaligus merupakan yang pertama kali sejak Nov 2016 dan terutama disebabkan oleh turunnya pengiriman barang ke AS dan China. Menurut hasil survei Reuters sebelumnya, sekitar sepertiga perusahaan di Jepang terkena dampak negatif dari sengketa perdagangan antara AS dan China.
Indonesian Market:
JCI: 5,845 (-0.40%)
USD/IDR: 15,194 (+0.29%)
Net Foreign Sell: -IDR 8 miliar
Indeks JCI ditutup melemah pada akhir perdagangan kemarin, mengikuti pergerakan bursa saham regional. Investor asing membukukan posisi net sell dengan nominal yang kecil, setelah sempat memcatatkan net buy pada 3 perdagangan sebelumnya dengan total nominal hampir mencapai IDR 1.5 triliun. Pergerakan bursa didorong oleh pelemahan saham-saham, seperti SCMA (-4.29%), ADRO (-1.70%), INTP (-1.63%), PGAS (-3.46%), dan TLKM (-3.59%). Selain itu, koreksi yang terjadi pada sejumlah bank besar, seperti BBCA (-1.77%), BMRI (-1.14%), dan BBNI (-1.71%) juga turut menekan kinerja pasar saham. Di sisi lain, Kementerian Keuangan melaporkan realisasi penerimaan negara hingga akhir Sep 2018 mencapai IDR 1,312 triliun atau setara dengan 69.3% dari target APBN 2018. Adapun angka ini melebihi realisasi pada periode yang sama di tahun lalu sebesar IDR 1,103 triliun atau setara 63.5% dari target pemerintah.
Disclaimer On
Sources: BNP Paribas