US Market:
DJIA: 25,964.82 (NA)
S&P500: 2,901.52 (NA)
Bursa saham AS libur pada perdagangan kemarin dalam rangka memperingati hari buruh. Fokus investor dinilai masih akan tertuju kepada perundingan perdagangan antara AS dengan Kanada yang akan dilanjutkan pada Rabu besok, setelah kedua negara ini gagal mencapai kesepakatan dalam memperbaharui Pakta Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) pada hari Jumat kemarin. Para pembuat kebijakan AS telah memperingatkan bahwa kesepakan bilateral AS dengan Meksiko tersebut akan mendapat kesulitan untuk disetujui oleh Kongres kecuali Kanada juga diikutsertakan. Di sisi lain, Presiden Trump menyampaikan bahwa tidak ada alasan untuk mempertahankan Kanada di dalam perjanjian NAFTA dan mengancam untuk memberlakukan tarif terhadap mobil impor dari Kanada jika negeri Maple tidak sepakat dengan kesepakatan NAFTA yang baru. Trump juga memperingatkan agar Kongres AS tidak ikut campur di dalam perundingan perdagangan untuk mereformasi NAFTA atau beliau akan membubarkan pakta berumur 24 tahun tersebut.
European Market:
Dax: 12,346.41 (-0.14%)
EuroStoxx 600: 382.51 (+0.07%)
FTSE 100: 7,504.60 (+0.97%)
Bursa saham Eropa bergerak mixed pada penutupan perdagangan kemarin, dimana ketidakpastian hubungan perdagangan antara AS dengan mitra dagangnya masih membayangi sentimen pelaku pasar. Sektor automaker mencatatkan kinerja terburuk dengan penurunan -1%, setelah saham-saham produsen mobil, seperti Faurecia, Porsche, dan Volkswagen masing-masing terkoreksi lebih dari -1.5%. Sementara itu, adanya ketidakstabilan mata uang Emerging Markets pasca terjadinya major sell-off pada masing-masing mata uang Argentina Peso dan Turkish Lira juga turut mempengaruhi sentimen para investor. Bank Sentral Turki menyatakan akan melakukan penyesuaian kebijakan moneter, setelah inflasi Agustus mencapai level tertinggi sejak tahun 2003 di +17.9%. Di kesempatan yang berbeda, Presiden Argentina, Mauricio Macri menyatakan akan meningkatkan pajak ekspor, memangkas setengah jumlah menteri dalam kabinet, serta mempercepat pencairan dana pinjaman dari IMF sebesar $50 miliar dalam menghadapi krisis ekonomi saat ini.
Asian Market:
Nikkei: 22,707.38 (-0.69%)
SHComp: 2,720.74 (-0.17%)
Mayoritas bursa saham Asia ditutup melemah pada perdagangan perdana di bulan September, seiring dengan kekhawatiran investor terkait isu perang dagang yang masih berlanjut. Gagalnya kesepakatan perdagangan antara AS dan Kanada pada akhir minggu kemarin dan potensi pengenaan tarif tambahan terhadap produk China membuat investor bersikap hati-hati. Selain itu, sentimen investor juga terbebani oleh rilisnya data indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur China versi Caixin / Markit bulan Agustus yang melambat dari level 50.8 ke posisi terlemah sejak Juni 2017 di level 50.6. Adapun pesanan ekspor baru, sebuah indikator atas aktivitas di masa mendatang, tercatat mengalami kontraksi untuk rentang terpanjang sejak paruh pertama tahun 2016.
Indonesian Market:
JCI: 5,968 (-0.85%)
USD/IDR: 14,815 (+0.58%)
Net Foreign Sell: -IDR 306 miliar
Indeks JCI mengalami koreksi pada penutupan perdagangan kemarin, mengikuti pergerakan bursa regional. Nilai tukar rupiah kembali melemah dan memicu Bank Indonesia (BI) untuk melakukan intervensi ganda, yakni di pasar valuta asing dan pasar obligasi. Saham-saham properti, seperti DMAS (-3.76%), PWON (-0.97%), CTRA (-1.18%), dan BSDE (-0.42%) melemah secara serentak. Selain itu, saham-saham semen, seperti INTP (-4.37%), SMBR (-4.33%), dan SMGR (-1.85%) juga ditutup pada zona negatif. Di sisi lain, konsumsi CPO domestik diprediksi mencapai 7 juta ton di semester kedua tahun ini, dibanding 6.2 juta ton pada semester pertama kemarin. Kebijakan B20 yang efektif berlaku sejak 1 September dinilai menjadi faktor utama terhadap kenaikan permintaan CPO ini. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat inflasi Indonesia bulan Agustus di level +3.20% YoY / -0.05% MoM, lebih rendah dibanding angka konsensus di +3.33% YoY / +0.06% MoM. Sepanjang Januari – Agustus, tingkat inflasi Indonesia mencapai +2.13%.
Disclaimer On
Sources: BNP Paribas