US Market:
DJIA: 25,995.87 (+0.08%)
S&P500: 2,878.05 (-0.37%)
Bursa saham AS cenderung melemah pada penutupan perdagangan kemarin. Adanya kekhawatiran investor terhadap potensi peningkatan regulasi kembali menekan kinerja saham-saham teknologi dan mendorong pelemahan pada indeks Nasdaq sebesar -0.91%. Saham-saham teknologi, seperti Facebook turun -2.7%, Twitter turun -2.1%, Alphabet Inc tergelincir -1.8%, dan Snap melemah -2.3% ke level terendah yang baru. Di samping itu, pelemahan juga terjadi pada saham-saham produsen chip, seperti Micron dan KLA Tencor yang masing-masing terkoreksi sekitar -9%, sehingga turut membebani indeks SE Semiconductor di Philadelphia turun sebesar -2.2%. Di sisi lain, fokus investor juga masih tertuju kepada perkembangan perdagangan karena periode komentar publik pada rencana pemerintahan Trump untuk mengenakan tarif impor pada barang asal China yang nilainya mencapai $200 miliar berakhir pada Kamis waktu AS. Di saat yang bersamaan, pembicaraan mengenai Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) antara AS dan Kanada juga masih berlanjut.
European Market:
Dax: 11,955.25 (-0.71%)
EuroStoxx 600: 373.47 (-0.59%)
FTSE 100: 7,318.96 (-0.87%)
Bursa saham Eropa ditutup melemah ke level terendah dalam lima bulan terakhir, karena kekhawatiran atas eskalasi perang dagang dan potensi keberlanjutan aksi sell-off pada emerging market. Sektor basic resources memimpin pelemahan dengan koreksi -1.75%, di tengah antisipasi bahwa Washington berpotensi menindaklanjuti rencana untuk memungut tambahan terhadap barang impor China yang nilainya mencapai $200 miliar. Saham pertambangan, seperti BHP Billiton dan produsen tembaga, Aurubis masing-masing melemah sekitar -5%. Sementara itu, saham Weir Group terkoreksi -8.62%, setelah perusahaan engineering asal Inggris tersebut melaporkan turunnya permintaan terhadap original equipment. Di sisi lain, komentar dari pemerintah Jerman bahwa mereka telah mempersiapkan diri terhadap segala kemungkinan, termasuk skenario no-deal pada proses Brexit juga turut mempengaruhi sentimen para investor.
Asian Market:
Nikkei: 22,487.94 (-0.41%)
SHComp: 2,691.59 (-0.47%)
Bursa saham Asia kembali mengalami pelemahan pada penutupan perdagangan kemarin, seiring dengan kekhawatiran investor terhadap gejolak pada mata uang negara-negara emerging markets yang masih berlanjut. Di bursa saham Jepang, saham perusahaan pembangkit dan distributor listrik, Hokkaido Electric Power turun -6.43%, setelah adanya gempa bermagnitudo 6.6 SR yang mengguncang pulau Hokkaido dan sempat menyebabkan pemadaman listrik. Di bursa saham Korea Selatan, saham-saham teknologi, seperti Samsung Electronics (-1.07%) dan SK Hynix (-1.50%) mencatatkan pelemahan, menyusul overnight sell-off yang terjadi pada saham teknologi di AS. Namun, saham Samsung Publishing melanjutkan tren reli dengan kenaikan +13.19%, setelah lagu “Baby Shark” ciptaan perusahaan afiliasi, SmartStudy berhasil masuk ke dalam UK Top 40 pada akhir bulan kemarin.
Indonesian Market:
JCI: 5,776 (+1.63%)
USD/IDR: 14,893 (-0.23%)
Net Foreign Sell: -IDR 967 miliar
Indeks JCI berhasil rebound pada perdagangan kemarin, setelah sempat terjadi koreksi tajam pada perdagangan sebelumnya. Meskipun investor asing kembali membukukan posisi net sell untuk hari kelima, namun nilai tukar Rupiah mampu menguat dan tutup di bawah level IDR 14,900 per dolar AS. Saham-saham bank besar, seperti BBCA (+2.92%), BMRI (+3.56%), BBNI (+2.83%), dan BBRI (+1.02%) menguat secara serentak. Selain itu, saham-saham konsumer, seperti HMSP (+4.11%), UNVR (+1.14%), ICBP (+2.98%), dan GGRM (+0.64%) juga ditutup pada zona positif. Sedangkan, saham-saham ritel, seperti ACES (-3.47%), LPPF (-2.3%), TELE (-4.85%), dan ERAA (-0.42%) cenderung tertekan, seiring dengan adanya regulasi baru terkait pajak impor. Kementerian Keuangan merilis daftar 1,147 produk senilai $6.6 miliar di tahun 2017 atau senilai $5 miliar di sepanjang 8 bulan pertama tahun 2018 yang akan terkena dampak kenaikan pajak pada regulasi PPh 22 yang baru. Beberapa contoh produk dalam daftar tersebut, antara lain produk perawatan pribadi, peralatan dapur, tekstil, dan barang mewah, seperti mobil yang diimpor dalam keadaan utuh (CBU) beserta motor besar.
Disclaimer On
Sources: BNP Paribas